Puasa Sebagai Benteng


Puasa Sebagai Benteng dari Hawa Nafsu

Nabi Muhammad SAW bersabda, “…maka hendaklah ia berpuasa, sesungguhnya puasa bisa menjadi benteng baginya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Yang dimaksudkan benteng (junnah) di sini adalah perisai yang menjaga diri dari penyakit fisik dan psikologis.
Berpuasa pada hakekatnya adalah menahan diri dari segala yang dihalalkan Allah sampai batas waktu yang di tentukan oleh Allah, yaitu dari terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari ( magrib ).Manusia tanpa adanya usaha untuk menahan diri, tanpa sadar manusia terseret-seret oleh keinginan (dorongan) hawa nafsu sahwatnya. Jika ibadah Sholat mampu menjaga manusia dari perbuatan keji dari sisi Jasmani, (paling tidak dari sekian banyak hikmah yang terkandung dalam sholat) Bagaimana mungkin seorang dipandang rajin melakukan sholat paling tidak ada perasaan malu untuk melakukan maksiat.
Puasa adalah menahan dari sisi psikologis dengan cara menahan dorongan dorongan hawa nafsu yang selalu ingin membawa kepada keburukan. Dorongan ini tidak pernah disadari oleh kebanyakan manusia karena tidak adanya upaya untuk membedakannya. Yaitu upaya untuk membedakan antara kebutuhan dan keinginan (hawa nafsu) saja, padahal salah satu anugrah bagi mereka yang bertakwa adalah diberikannya rasa pembeda antara hak dan kebatilan dalam dirinya. Dengan Puasa manusia menjadi Takwa dan dengan takwa manusia mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan.
Orang yang berpuasa adalah orang yang terlatih mengelola hawa nafsunya, diawalai dengan menahan diri dari hal-hal yang dihalalkan Allah, seperti makan minum berhubungan suami istri. Dalam bulan Puasa kegiatan yang halal tadi menjadi haram karena manusia dipaksa untuk tidak melakukannya karena Allah ta’ala, sejak terbit fajar (subuh) sampai terbenamnya matahari (magrib) satu bulan lamanya.Kondisi yang memaksakan orang yang beriman untuk meninggalkan yang halal adalah bentuk ibadah yang melatih manusia agar menjaga perutnya dari hal-hal yang di halalkan.
Para ahli kesehatan telah banyak meneliti bahwa sumber penyakit adalah perut dan perut berasal dari makanan. Sumber sahwat adalah juga dari makanan. Sebagai contoh: orang kenyang yang tidak menjaga makanan, dan berlebihan dalam memanjakan makanan cenderung untuk statis (nyaman) dan mendorong untuk memenuhi keinginan keinginan lainnya. Tapi di sisi lain orang yang lapar ( kesusahan) cenderung kritis dan  mendorong untuk berfikir dinamis,bagaimana harus keluar dari kondisi yang lapar ini. Dan banyak orang-orang suksek berawal dari kondisi yang sangat sulit.
Kita mengambil contoh dari para pejabat kita di negri ini yang kurang terlatih menahan diri, dalam rangka memenuhi kebutuhan perut mereka beraktifitas sehingga diberikan kesempatan untuk memegang jabatan tertentu tetapi pada kenyataannya setelah menjabat keinginan untuk selalu memenuhi dorongan hawa nafsunya semakin nyata dengan mengumpulkan harta benda dan berusaha melanggengkan kekuasaannya dan tidak jauh dari situ ada wanita-wanita cantik selalu membayangi kehidupannya. Sehingga manusia yang tidak menjaga perutnya bisa dipastikan tidak bisa juga menjaga perilakunya, bagi mereka yang menjaga makanannya insya Allah mereka akan terjaga dari penyakit. Dengan berpuasa manusia dilatih untuk menjaga diri mereka dari sumber penyakit ahlak dan sumber penyakit Fisik. orang yang berpuasa ialah orang yang membentengi dirinya dari segala yang dapat merusak dirinya sendiri.

Semoga Bermanfaat. Terimakasih

0 comments "Puasa Sebagai Benteng", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment