Disiplin Itu Perintah Allah SWT


Mengaku menjadi pemeluk Agama yang terakhir dan paling sempurna, sesungguhnya kita umat Islam ini memikul sebuah pertanyaan besar:

“Kalau Islam adalah Agama yang paling benar, kenapa umat Islam belakangan ini tidak berbeda dengan umat-umat yang lain, sama banyaknya dalam kemaksiatan, sama banyaknya dalam buruknya tabiat, bahkan cenderung tertinggal secara perkonomian dan hampir selalu di bawah hegemoni Barat?”

Lazimnya kita akan menjawab bahwa ini adalah kesalahan umat, bukan kelemahan Agama Islam. Lantas, kesalahan umat yang bagaimanakah yang menyebabkan kondisi umat Islam menjadi seperti ini?

- Karena tidak ditegakkan syariat Islam oleh Negara?
- Karena kurangnya iman akibat globalisasi?
- Karena [dugaan] konspirasi dari umat lain (termasuk atheis) untuk menghancurkan Islam?

Allah SWT yang telah menciptakan kehidupan, berjanji akan menolong kaum yang beriman, baik pertolongan di dunia maupun di akhirat. Maka dari itu, untuk dapat ditolong kita harus memberdayakan diri terlebih dulu. Ini mengandung arti bahwa kita harus aktif, bukannya pasif dan menyalahkan pihak lain (misalnya negara, globalisasi, umat agama lain, dsb).

Tepat kiranya untuk menjawab pertanyaan di atas dengan berangkat dari Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an, bahwa umat Islam adalah umat yang “terbaik” karena melakukan amar ma’ruf nahi munkar.

Tolok ukur untuk “menjadi yang terbaik” adalah amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga predikat yang terbaik akan hilang manakala meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar.

Amar ma’ruf nahi munkar hanya bisa dikerjakan apabila kita sudah melakukan perilaku-perilaku yang terbaik dibanding umat yang lain. Dan sesungguhnya kita bisa memiliki perilaku terbaik karena kita diberikan petunjuk dan perintah-perintah yang terbaik dari Tuhan Sang Pemilik Kebenaran. Kita seharusnya memiliki dorongan lebih kuat untuk menjalankan perilaku-perilaku terbaik karena alasan ke-Tuhan-an, melebihi alasan logika yang kering.


Al-Qur’an menerangkan perilaku terbaik

Petunjuk Allah SWT yang disampaikan melalui Nabi Muhammad SAW kala itu adalah suatu bentuk syariat yang diturunkan kepada masyarakat yang sudah memiliki tipikal masyarakat modern (paripurna / akhir jaman). Sehingga wahyu yang diturunkan telah sempurna karena menyentuh semua dasar kehidupan modern. Semua nilai-nilai kebenaran telah ditunjukkan dengan jelas dari Tuhan kepada umat manusia, tanpa ada yang terlewat sedikitpun. Dan Allah SWT telah menyatakan bahwa Muhammad tidaklah diutus melainkan untuk menyempurnakan ahlak (peradaban) manusia.

Tidak akan ada lagi wahyu terbaru setelah wafatnya Muhammad SAW. Ini mengandung arti bahwa Tuhan pasti mengetahui bahwasanya keadaan umat setelah kenabian Muhammad SAW adalah umat yang memiliki kemampuan pembelajaran dan pemahaman terbaik. Dengan begitu, manusia seharusnya mampu secara berantai menghadirkan ketinggian Al-Qur’an ke setiap perkembangan hidup hingga akhir jaman.

Dan kini dunia telah dipenuhi dengan berbagai kompleksitas dalam hal sistem ekonomi, teknologi informasi, ilmu kedokteran dan kesehatan, ilmu pengolahan makanan, ilmu kimia, ilmu energi, dan berbagai kemajuan pesat lainnya. Maka inilah saatnya bagi kita yang hidup di jaman yang sangat kompleks, untuk membuka “pintu” seluas-luasnya bagi tersingkapnya kesempurnaan syariat Islam, termasuk dalam menemukan petunjuk perilaku terbaik. Salah satu pendekatan yang bisa kita gunakan adalah:

“Dengan memahami Syariat yang tertuang dalam Al-Qur’an itu sebagai “CONTOH INTI” dari Allah SWT kepada manusia dalam menjalani kehidupannya. Contoh Inti itu wajib kita taati, sekaligus menduplikasinya, yakni mengaplikasikan intisari Syariat yang kita pahami tersebut ke dalam kehidupan kita secara menyeluruh.”

Dengan melakukan pemahaman seperti itu, maka setiap syariat memiliki “ajaran turunan” yang berlaku untuk setiap keadaan manusia. Ajaran turunan ini tidak bisa dikatakan sebagai ajaran tambahan (bid’ah), karena secara tersirat maupun tersurat ada dalam syariat.


Sebuah contoh: Syariat tentang diharamkannya daging babi

Selama ini sebagian besar umat Islam merasa ringan untuk meninggalkan makan daging babi, karena jelas bahwa daging babi diharamkan.
Perihal kenapa babi diharamkan, hanya Allah SWT yang tahu semua sebab-sebabnya. Tetapi kita yang telah dianugerahi akal pikiran wajib mencari tahu maksud syariat tersebut, berdasar pengetahuan yang benar / dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian pun menunjukkan bahwa ternyata daging babi banyak memiliki unsur yang membahayakan kesehatan yaitu kolesterol dan kadar darah yang tinggi, dll. Meskipun daya pikir manusia tak akan bisa mengungkap semua alasan Tuhan, setidaknya apa yang sudah kita ketahui dapat dijadikan acuan.

Sehingga apabila muncul pertanyaan:
“Kalau umat Muslim tidak memakan babi karena diharamkan, mengapa umat Islam tampak tidak lebih sehat daripada umat Agama lain?”

Jawabannya adalah karena umat Islam tidak membatasi diri dari memakan kolesterol dalam kadar yang tinggi dan tidak membatasi diri dari memakan makanan beracun lainnya.

Kita memang tidak boleh mengharam/halalkan sesuatu di luar Al-Qur’an dengan tanpa studi yang matang dari para Ulama yang ahli. Tetapi kita harus mulai melakukan kampanye bahwa umat Islam wajib menghindari berbagai bentuk kolesterol dengan kadar tinggi atau makanan yang dikategorikan berbahaya.


Semua syariat adalah contoh inti

Metoda pendekatan seperti di atas apabila diberlakukan ke beberapa syariat lainnya akan menghasilkan ajaran turunan sebagai berikut :
- Perintah sholat tepat waktu >>> perintah melakukan pekerjaan berdasar skala prioritas, perintah disiplin,
- Perintah zakat, sedekah, memelihara anak yatim >>> perintah berempati, perintah bekerja keras
- Perintah haji >> perintah bersatu, perintah aktif memfungsikan anggota gerak, perintah menjaga kesehatan
- Perintah wudlu >> perintah menjaga kebersihan
- Perintah sholat berjama’ah >> perintah bermasyarakat, perintah bersatu
- Perintah menutup aurat >> perintah menjaga kesopanan, etika.
- Perintah amar makruf nahi munkar >> perintah berempati, perintah untuk berani dalam kebenaran
- Perintah puasa >> perintah pengendalian diri, perintah empati
- Perintah menggunakan waktu untuk amal sholih >> perintah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya
- Perintah memikirkan ayat-ayat Allah SWT >> perintah agar selalu berfikir.
- Perintah memperhatikan apa yang dimakan >> perintah menjaga kesehatan
- Larangan riba >> perintah mencari nafkah dengan usaha yang nyata
- Larangan berputus asa >> perintah agar selalu bersemangat
- Larangan syirik >> perintah melakukan sesuatu selalu dengan dasar pengetahuan
- Larangan membunuh >> perintah melindungi hak hidup orang lain
- Dan lain-lain

Kesemua ajaran turunan di atas adalah bentuk predikat yang berlaku untuk obyek yang mengandung kebenaran berdasarkan keterangan dari Al-Qur’an. Agar lebih sahih, konsep awal di atas membutuhkan kerelaan para ulama yang memiliki kedalaman ilmu Al-Qur’an untuk melakukan kajian lebih lanjut.


Memunculkan pola pengajaran baru

Selama ini kebanyakan pengajaran Islam menyampaikan bahwa:

“Sholat yang baik akan mendidik muslim untuk disiplin.”
“Puasa itu menyehatkan”.
Dan seterunya..

Maka sekarang harus dimunculkan pola pengajaran yang baru seperti ini :

“Allah SWT memerintahkan Sholat dengan disiplin, maka disiplin itu perintah Allah SWT.
Karena itu muslim wajib disiplin dalam aktivitas baiknya: disiplin belajar, disiplin bekerja, disiplin berlalu-lintas, dll”

“Allah SWT memerintahkan untuk berpuasa salah satunya agar sehat, maka mengusahakan kesehatan adalah perintah Allah SWT. Karena itu muslim wajib menjaga kesehatan, melindungi organ-organ tubuhnya agar bekerja dengan normal dan tidak melebihi batas, dll”.

Dengan pengajaran seperti itu, terbentuklah perilaku terbaik yang sangat kuat di kalangan umat Islam, karena sikap perilaku terbaik itu sebenarnya diperintahkan oleh Allah SWT. Insyaallah, apabila umat muslim diberikan pengajaran seperti itu, lambat laun umat ini akan mengalami kejayaan di dunia, dan berlanjut pada kejayaan di akhirat.
Amiin.

Wallahu a’lam bisshowab

0 comments "Disiplin Itu Perintah Allah SWT", Baca atau Masukkan Komentar

Post a Comment